Lombok Breaking
DaerahLombok Timur

Revolusi Produksi Pangan di Lombok Timur

Target Produksi dan Konsumsi Padi Tahun 2024

SELONG – Pada tahun 2024, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) menetapkan target produksi padi yang ambisius dengan luas tanam mencapai 61.591 hektar. Dari luas tanam tersebut, Lotim mengharapkan produksi gabah kering panen (GKP) sebesar 337.097 ton. Meskipun target ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan realisasi produksi tahun 2023 yang mencapai 346.857 ton, pemerintah Lotim tetap optimis bahwa mereka akan mampu memenuhi kebutuhan pangan lokal.

Dari total produksi GKP, sebanyak 93,18 persen akan diubah menjadi gabah kering giling (GKG), yang kemudian akan dikonversi menjadi beras dengan tingkat susut sebesar 63,23 persen. Proses ini sangat penting untuk memastikan bahwa hasil panen dapat diolah dan disimpan dengan efisien, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Lotim sepanjang tahun.

Data produksi beras tahun 2023 menunjukkan bahwa Lotim mampu memproduksi 204.359 ton beras. Dengan kebutuhan beras tahunan mencapai 116.085 ton, Lotim memiliki surplus sebesar 88.274 ton. Surplus ini tidak hanya mengindikasikan ketahanan pangan yang kuat, tetapi juga memberikan potensi ekspor atau distribusi ke daerah lain yang mungkin memerlukan pasokan tambahan.

Pemerintah Lotim berkomitmen untuk terus meningkatkan efisiensi produksi padi melalui berbagai program dan kebijakan yang mendukung petani. Ini termasuk penyediaan benih unggul, penggunaan teknologi pertanian modern, dan pemberian pelatihan kepada petani untuk meningkatkan hasil panen serta kualitas beras yang dihasilkan. Dengan langkah-langkah ini, Lotim berupaya tidak hanya untuk mencapai target produksi, tetapi juga untuk memastikan bahwa setiap warga memiliki akses terhadap pangan yang cukup dan berkualitas.

Peran Agroekosistem dalam Mendukung Produksi Padi

Keragaman agroekosistem di Lombok Timur (Lotim) memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung produksi pangan, khususnya padi. Setiap wilayah di Lotim memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda, namun saling melengkapi dalam menunjang produktivitas pertanian. Meskipun sebagian besar wilayah selatan cenderung mengkhususkan diri dalam budidaya tembakau, wilayah tengah dan utara yang memiliki ketersediaan air yang lebih baik tetap bisa fokus pada penanaman padi.

Beberapa kecamatan seperti Wanasaba, Lenek, Aikmel, Pringgabaya, Pringgasela, Masbagik, Sikur, Montong Gading, dan Terara adalah contoh daerah yang masih aman dalam hal produksi padi. Dengan adanya keanekaragaman agroekosistem ini, Lotim memiliki kemampuan untuk menjaga stabilitas produksi padi sepanjang tahun. Setiap wilayah memanfaatkan keunggulan lokalnya untuk mengoptimalkan hasil pertanian, memastikan tidak ada masa paceklik yang mengancam ketahanan pangan.

Di wilayah tengah dan utara, sistem irigasi yang baik serta sumber air yang melimpah memberikan dukungan yang signifikan bagi petani untuk menanam padi secara berkelanjutan. Selain itu, kondisi tanah yang subur di beberapa daerah juga menjadi faktor pendukung penting. Agroekosistem yang beragam ini memungkinkan Lotim untuk merespons perubahan iklim dan tantangan lainnya dengan lebih adaptif dan dinamis.

Dengan demikian, sinergi antara berbagai agroekosistem di Lotim tidak hanya meningkatkan produksi padi, tetapi juga menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan yang baik terhadap keragaman agroekosistem dapat menjadi strategi efektif dalam mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani di Lombok Timur.

Inovasi dan Tantangan dalam Meningkatkan Produktivitas

Untuk meningkatkan produksi pangan di Lombok Timur (Lotim), pemerintah daerah telah merencanakan pengembangan pola tanam empat kali dalam setahun. Pola ini secara signifikan meningkatkan intensitas tanam yang biasanya hanya dilakukan tiga kali setahun. Salah satu kunci keberhasilan pola tanam ini adalah penggunaan varietas padi berumur pendek, seperti Gama Gora 7, yang memiliki masa panen hanya dalam 72 hari. Penelitian dari Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BSIP) menunjukkan bahwa dengan varietas ini, indeks pertanaman dapat ditingkatkan hingga empat kali dalam setahun.

Namun, peningkatan intensitas tanam ini tidak tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kerentanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Ketika tanaman ditanam lebih sering, siklus hidup hama dan patogen juga dapat meningkat, menyebabkan gangguan yang lebih besar pada tanaman. Oleh karena itu, sistem pengendalian hama yang lebih efektif dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini.

Selain itu, intensitas tanam yang tinggi juga dapat menyebabkan gangguan pada lahan. Tanah yang terus-menerus ditanami tanpa jeda yang cukup dapat mengalami penurunan kesuburan dan penumpukan residu kimia dari pupuk serta pestisida. Untuk mengatasi hal ini, praktik pertanian yang berkelanjutan seperti rotasi tanaman, penggunaan pupuk organik, dan teknik pengelolaan tanah yang baik harus diterapkan.

Inovasi dalam teknologi pertanian juga memainkan peran penting dalam mendukung peningkatan produktivitas ini. Penggunaan teknologi modern seperti sensor tanah, sistem irigasi cerdas, dan drone untuk pemantauan lahan dapat membantu petani mengelola lahan mereka dengan lebih efisien dan efektif. Dengan demikian, implementasi pola tanam empat kali setahun dapat diwujudkan tanpa mengorbankan kesehatan lingkungan dan kesejahteraan petani. (sa)

Related posts

Beasiswa Mendorong Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Nusa Tenggara Barat

LombokBreaking

Hj. Khairatun sebagai Cawabub Lobar 2024 Bersilaturahmi kepada Masyarakat

LombokBreaking

Ketua DPC PPP Ziaurrahman Kumpulkan 400 Relawan Emak-Emak dalam Tasyakur dan Penguatan Basis Pemenangan Paket AQUR di Kota Mataram

LombokBreaking

Leave a Comment